a. Penyakit
Ulkus peptikum
1) Pengertian
Ulkus
peptikum adalah ekskavasi (area berlubang) berbentuk dalam dinding mukosa
lambung, pylorus, duodenum, atau esophagus. Ulkus peptikum sering di sebut
sebagai ulkus lambung, duodenal atau esophageal, tergantung pada lokasinya.
Penyebab ulkus peptikum salah satunya adalah bakteri gram negative H. Pilory.
2) Etiologi
Penyebab sebenarnya penyakit ulkus peptikum
tidak di ketahui sekalipun factor infeksi,genetic dan lingkungan sangat
penting. Terdapat insidensi familial yang lebih tinggi dan pada orang-orang
yang bergolongan darah O juga di temukan insedensi yang lebih tinggi.
Di samping obat-obat ulserogenik, alcohol dan
rokok juga dapat turut menimbulkan pembentukan ulkus peptikum. Tidak ada bukti
yang menyimpulkan adanya keterlibatan jenis-jenis makanan tertentu seperti
minuman yang mengandung kafein atau makanan yang pedas dalam ulkus peptikum
3) Patofisiologi
Patogenesis
ulkus peptikum sangat besar kemungkinan di sebabkan oleh ketidakseimbangan
antara faktor-faktor destruktif yang meningkatkan pembentukan ulkus peptikum
dan factor-faktor protektif yang menjaga mukosa traktus GI terhadap pembentukan
ulkus peptikum. Epitek Gastroduodenal akan mensekresikan lapisan mucus yang
tidak larut dalam air dan berfungsi sebagai sawar pelindung terhadap ion-ion
hydrogen yang di netralkan oleh senyawa bikarbonat di dalam mucus tersebut.
Prostaglandin tampaknya memainkan peranan dalam fungsi pertahanan mukosa karena
zat tersebut menstimulasi sekresi mucus maupun zat alkali. Bila terdapat
abnormalitas pada sawar pelindung, mukosa traktus GI akan menjadi rentan
terhadap kerusakan akibat zat asam dan pepsin. Faktor-faktor eksogen seperti
aspirin dan NSAID ternyata menimbulkan ulkus lambung lewat penghambat sintesis
prostaglandin.
b. Gastritis
Akut Erosif
1) Pengertian
Yaitu
suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan
erosi. Erosif karena luka hanya pada bagian mukosa.
2) Etiologi
:
a)
Obat
analgetik anti inflamasi, terutama aspirin
b)
Bahan
kimia, misalnya lisol
c)
Merokok
d)
Alkohol
e)
Stres
fisik
f)
Refluks
asam lambung
g)
Endotoksin
3)
Patofisiologi :
Patofisiologi :
![]() |
|||||||||||||
![]() |
|||||||||||||
![]() |
|||||||||||||
1. Usus
dan Rektal
a. Konstipasi
Konstipasi atau sering disebut sembelit
adalah kelainan pada sistem pencernaan di mana seorang manusia mengalami pengerasan feses
atau tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat
menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat
disebut juga dengan obstipasi.
Dan obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi penderitanya.
1) Etiologi
Konstipasi
atau sembelit adalah keluhan pada sistem pencernaan yang paling umum dan banyak
ditemui di masyarakat luas termasuk di sekitar kita. Bahkan diperkirakan
sekitar 80% manusia pernah mengalami konstipasi atau sembelit. Penyebabnya:
a)
Kebiasaan buang air besar (BAB) yang tidak
teratur
Salah satu penyebab yang paling sering
menyebabkan konstipasi adalah kebiasaan BAB yang tidak teratur. Refleks
defekasi yang normal dihambat atau diabaikan, refleks-refleks ini terkondisi
untuk menjadi semakin melemah. Ketika kebiasaan diabaikan, keinginan untuk
defekasi habis.
Anak pada masa bermain bisa mengabaikan
refleks-refleks ini sedangkan pada orang dewasa mengabaikannya karena tekanan
waktu dan pekerjaan. Klien yang dirawat inap bisa menekan keinginan buang air
besar karena malu menggunakan pispot atau karena proses defekasi yang sangat
tidak nyaman. Perubahan rutinitas dan diet juga dapat berperan dalam
konstipasi. Jalan terbaik untuk menghindari konstipasi adalah membiasakan BAB
yang teratur.
b)
Ketidaksesuaian diet
Makanan lunak dan rendah serat yang berkurang
pada feses sehingga menghasilkan produk sisa yang tidak cukup untuk merangsang
refleks pada proses defekasi. Makan rendah serat seperti; beras, telur dan
daging segar bergerak lebih lambat di saluran cerna. Meningkatnya asupan cairan
dengan makanan seperti itu meningkatkan pergerakan makanan tersebut.
c)
Peningkatan stres psikologi
Emosi
yang kuat diperkirakan menyebabkan konstipasi dengan menghambat gerak
peristaltik usus melalui kerja dari epinefrin dan sistem syaraf simpatis. Stres
juga dapat menyebabkan usus spastik (spastik/konstipasi hipertonik atau iritasi
colon). Yang berhubungan dengan konstipasi tipe ini adalah kram pada abdominal,
meningkatnya jumlah mukus dan periode bertukar-tukarnya antara diare dan
konstipasi.
d)
Latihan yang tidak cukup
Pada
klien yang pada waktu yang lama otot secara umum melemah, termasuk otot
abdomen, diafragma, dasar pelvik, yang digunakan pada proses defekasi. Secara
tidak langsung kurangnya latihan dihubungkan dengan kurangnya nafsu makan dan
kemungkinan kurangnya jumlah serat, yang penting untuk merangsang refleks pada
proses defekasi.
e)
Penggunaan laxative yang berlebihan
Laxative
sering digunakan untuk menghilangkan ketidakteraturan buang air besar.
Penggunaan laxative yang berlebihan mempunyai efek yang sama dengan mengabaikan
keinginan BAB – refleks pada proses defekasi yang alami dihambat. Kebiasaan
pengguna laxative bahkan memerlukan dosis yang lebih besar dan kuat, sejak
mereka mengalami efek yang semakin berkurang dengan penggunaan yang
terus-menerus (toleransi obat).
f)
Obat-obatan
Banyak
obat menyebabkan efek samping konstipasi. Beberapa di antaranya seperti;
morfiin, codein, sama halnya dengan obat-obatan adrenergik dan antikolinergik,
melambatkan pergerakan dari colon melalui kerja mereka pada sistem syaraf
pusat. Kemudian, menyebabkan konstipasi yang lainnya seperti: zat besi,
mempunyai efek menciutkan dan kerja yang lebih secara lokal pada mukosa usus
untuk menyebabkan konstipasi. Zat besi juga mempunyai efek mengiritasi dan
dapat menyebabkan diare pada sebagian orang.
g)
Umur
Otot
semakin melemah dan melemahnya tonus spinkter yang terjadi pada orang tua turut
berperan menyebabkan konstipasi.
h) Proses
penyakit
Beberapa
penyakit pada usus dapat menyebabkan konstipasi, beberapa di antaranya
obstruksi usus, nyeri ketika defekasi berhubungan dengan hemorhoid, yang
membuat orang menghindari defekasi; paralisis, yang menghambat kemampuan klien
untuk buang air besar; terjadinya peradangan pelvik yang menghasilkan paralisis
atau atoni pada usus.
Konstipasi bisa jadi beresiko pada
klien, regangan ketika BAB dapat menyebabkan stres pada abdomen atau luka pada
perineum (post operasi). Ruptur merusak mereka jika tekanan cukup besar.
Ditambah lagi peregangan sering bersamaan dengan tertahannya napas. Gerakan ini
dapat menciptakan masalah yagn serius pada orang dengan sakit jantung, trauma
otak, atau penyakit pada pernapasan. Tertahannya napas meningkatkan tekanan
intratorakal dan intrakranial. Pada beberapa tingkatan, tingkatan ini dapat
dikurangi jika seseorang mengeluarkan napas melalui mulut ketika regangan
terjadi. Bagaimanapun, menghindari regangan merupakan pencegahan yang terbaik
2)
Tanda dan Gejala
Gejala
dan tanda akan berbeda antara seseorang dengan seseorang yang lain, karena pola makan, hormon,gaya hidup dan bentuk usus besar
setiap orang berbeda-beda, tetapi biasanya gejala dan tanda yang umum ditemukan
pada sebagian besar atau kadang-kadang beberapa penderitanya adalah sebagai
berikut:
b)
Tubuh tidak fit, tidak nyaman, lesu, cepat
lelah, dan terasa berat sehingga malas mengerjakan sesuatu bahkan kadang-kadang
sering mengantuk.
c)
Sering berdebar-debar sehingga cepat emosi
yang mengakibatkan stres
sehingga rentan sakit kepala
atau bahkan demam.
d)
Aktivitas sehari-hari terganggu karena
menjadi kurang percaya diri, tidak bersemangat, dan tubuh terasa terbebani yang
mengakibatkan kualitas dan produktivitas kerja menurun.
e)
Tinja
atau feses lebih keras, lebih panas, dan berwarna lebih gelap daripada
biasanya, dan lebih sedikit daripada biasanya.
f)
Pada saat buang air besar
feses atau tinja
sulit dikeluarkan atau dibuang, tubuh berkeringat
dingin, dan kadang-kadang harus mengejan ataupun menekan-nekan perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan
dan membuang tinja
(bahkan sampai mengalami ambeien).
h)
Bagian anus atau dubur terasa penuh, tidak plong, dan
terganjal sesuatu disertai sakit akibat bergesekan dengan tinja atau feses yang kering dan keras atau karena
mengalami ambeien
atau wasir sehingga pada saat duduk terasa tidak nyaman.
j)
Menurunnya frekwensi buang air besar, dan
meningkatnya waktu buang
air besar (biasanya buang air besar
menjadi 3 hari sekali atau lebih).
Sedangkan untuk konstipasi yang kronis atau obstipasi,
gejala pada penderitanya tidak terlalu berbeda hanya saja sedikit lebih parah
yaitu:
d)
Tubuh sering terasa panas, lemas dan berat.
e)
Sering kurang percaya diri dan kadang-kadang
ingin menyendiri.
f)
Tetap merasa lapar tapi ketika makan akan
lebih cepat kenyang (apalagi ketika hamil perut akan terasa mulas) karena ruang dalam perut berkurang.
g)
Mengalami mual bahkan muntah.
3) Pencegahan
a)
Makanlah makanan berserat tinggi seperti
buah, sayuran, dan biji-bijian.
b)
Hindari makanan yang tinggi lemak dan gula.
c)
Minum 1,5 sampai 2 liter air dan cairan
lainnya setiap hari.
d)
Olahraga. Jalan kaki bisa dilakukan.
4) Pengobatan
Setiap tahunnya kira-kira lebih dari 2,5 juta
orang pergi ke dokter karena masalah konstipasi. Pengobatan dan peredaan
konstipasi secara alami dapat dilakukan dengan pengubahan pola makan menjadi lebih sehat, rajin
berolahraga,
memijat perut, minum air putih sebanyaknya, meminum
minuman prebiotik dan probiotik,
atau membiasakan diri untuk buang air besar setiap hari dengan membuat jadwal
buang air besar yang disebut bowel
training.
Sedangkan dengan cara sedikit dipaksa yang biasanya untuk penderita
obstipasi, yaitu dengan mengonsumsi obat pencahar
disebut laksatif (yang
kadang-kadang menyebabkan perut
terasa melilit
berlebihan, tinja berbentuk cair, atau bahkan ketergantungan obat pencahar),
penghisapan tinja atau feses dengan alat khusus, terapi serat, dan pembedahan (walaupun pilihan ini cukup
jarang dilakukan).
Agar penderita konstipasi dapat cepat sembuh,
maka penderita dilarang:
a)
Menahan buang air besar
b)
Mengkonsumsi makanan siap saji dan bersifat
panas
c)
Makan dalam porsi yang banyak
d)
Meminum minuman yang berkafein dan soft drink
a. Apendisitis
Akut
1) Pengertian
Apendisitis
adalah inflamasi yang terjadi pada apendiks vermikularis (umbai cacing).
2) Etiologi
Apendisitis terjadi karena obstruksi lumen
apendiks oleh material feses yang mengeras, benda asing, mikroorganisme atau
parasit. Terkadang lipatan peritonium menyebabkan pelekatan apendiks pada sekum
sehinggan timbul penekukan yang mengakibatkan obstruksi. Penyebab lain meliputi
hiperplasia limfoid, stenosis fibrosa akibat inflamasi sebelumnya, dan tumor.
Kebiasaan makan juga berperan penting. Anak-anak dengan diet serat tinggi
memiliki angka insiden apendisitis yang lebih rendah daripada anak-anak dengan
asupan serat yang rendah (Lund dan Folkman, 1996).
3) Patofisiologi
:
Ketika terjadi obstruksi akut, aliran keluar
sekresi mukus (lendir) akan tersekat dan di dalam lumen apendiks terjadi
peningkatan tekanan yang mengakibatkan kompresi pembuluh darah. Iskemia yang
terjadi akan diikuti dengan ulserasi dinding epitel dan invas bakteri. Nekrosis
yang timbul kemudian menyebabkan perforasi atau ruptur dengan kontaminasi feses
atau bakteri pada kavum peritonei. Inflamasi yang ditimbulkan akan menyebar
dengan cepat ke seluruh rongga abdomen (peritonitis). Inflamasi peritonium yang
progresif mengakibatkan obstruksi fungsional usus halus karena refleks GI yang
intensif akan menghambat motilitas usus dengan kuat. Karena peritonium
merepresentasikan bagian terbesar permukaan tubuh, keilangan cairan ekstrasel
ke dalam kavum peritonei akan menimbulkan gangguan keseimbangan elektrolit dan
syok hipovolemik.
b. Penyakit
Chorn (Radang
Usus Besar)
1) Pengertian
Colitis ulseratif adalah
penyakit yang menyebabkan peradangan dan luka, yang disebut borok, di lapisan
rektum dan usus besar. Borok terbentuk peradangan telah membunuh sel-sel yang
biasanya garis usus besar, kemudian perdarahan dan menghasilkan nanah.
2) Etiologi
Etiologi colitis ulseratif
tidak diketahui secara pasti. Faktor genetik tampaknya berperan dalam etiologi,
karena terdapat hubungan familial. Juga terdapat bukti yang menduga bahwa
autoimunnita berperan dalam patogenisis colitis ulseratif. Antibodi antikolon
telah ditemukan dalam serum penderita penyakit ini. Dalam biakan jaringan
limfosit dari penderita kolitis ulserativa merusak sel epitel pada kolon.
Selain itu ada juga beberapa fakor yang dicurigai menjadi penyebab terjadinya
colitis ulseratif diantaranya adalah: hipersensitifitas terhadap factor
lingkungan dan makanan, interaksi imun tubuh dan bakteri yang tidak berhasil
(awal dari terbentuknya ulkus), pernah mengalami perbaikan pembuluh darah, dan
stress.
3) Patofisiologi
Lesi patologis awal adalah
terbatas pada lapisan mokusa dan terdiri atas pembentukan abses dalam kriptus.
Pada permulaan penyakit, terjadi udema dan kongesti mukosa. Udema dapat
mengakibatkan kerapuhan yang hebat sehingga terjadi perdarahan dari trauma yang
ringan, seperti gesekan ringan pada permukaan. Pada stadium penyakit yang lebih
lanjut, abses kriptus pecah melewati didinding kriptus dan menyebar dalam
lapisan mukosa, menimbulkan terowongan dalam mukosa. Mukosa kemudian terkelopas
dalam lumen usus, meninggalkan daerah yang tidak diliputi mukosa (tukak).
Pertukakan mula-mula tersebar dan dangkal, tetapi pada stadium lebih lanjut
permukaan mukosa yang hilang luas sekali mengakibatkan banyak kehilangan
jaringan, protein dan darah. Pada kondisi yang fisiologis system imun pada
kolon melindungi mukosa kolon dari gesekan dengan feses saat akan defekasi,
tetapi karena aktifitas imun yang berlebihan pada colitis maka system imunnya
malah menyerang sel-sel dikolon sehingga menyebabkan terjadi ulkus.
Ulkus terjadi di sepanjang
permukaan dalam (mukosa) kolon atau rectum yang menyebabkan darah keluar
bersama feses. Darah yang keluar biasanya bewarna merah, karena darah ini tidak
masuk dalam proses pencernaan tetapi darah yang berasal dari pembuluh darah
didaerah kolon yang rusak akibat ulkus. Selain itu ulkus yang lama ini kemudian
akan menyebabkan peradangan menahun sehingga terbentuk pula nanah (pus). Ulkus
dapat terjadi pada semua bagian kolon baik, pada sekum, kolon ascenden, kolon
transversum maupun kolon sigmoid. Akibat ulkus yang menahun maka terjadilah
perubahan bentuk pada kolon baik secara mikroskopik ataupun makroskopik, gejala
yang sering timbul pada penyakit colitis ulseratif ini adalah: nyeri perut,
diare berdarah, berlendir dan bernanah, anemia, turunnya berat badan.
4) Penatalaksanaan
Obat-obatan seperti dosis
kecil loperamide atau difenoksilat, diberikan pada diare yang relatif ringan.
Untuk diare yang lebih berat, mungkin dibutuhkan dosis yang lebih besar dari
difenoksilat atau opium yang dilarutkan dalam alkohol, loperamide atau codein.
Pada kasus-kasus yang berat, pemberian obat-obat anti-diare ini harus diawasi
secara ketat, untuk menghindari terjadinya megakolon toksik. Sulfasalazine,
olsalazine atau mesalamine sering digunakan untuk mengurangi peradangan pada
kolitis ulserativa dan untuk mencegah timbulnya gejala Obat-obatan ini biasanya
diminum namun bisa juga diberikan sebagai enema (cairan yang disuntikkan ke
dalam usus) atau supositoria (obat yang dimasukkan melalui dubur).
Penderita dengan kolitis
berat menengah yang tidak menjalani perawatan rumah sakit, biasanya mendapatkan
kortikosteroid per-oral (melalui mulut), seperti prednisone. Prednisone dosis
tinggi sering memicu proses penyembuhan. Setelah prednisone mengendalikan
peradangannya, sering diberikan sulfasalazine, olsalazine atau
mesalamine.Secara bertahap dosis prednisone diturunkan dan akhirnya dihentikan.
Pemberian kortikosteroid
jangka panjang menimbulkan efek samping, meskipun kebanyakan akan menghilang
jika pengobatan dihentikan. Bila kolitis ulseratif yang ringan atau sedang
terbatas pada sisi kiri usus besar (kolon desendens) dan di rektum, bisa
diberikan enema dengan kortikosteroid atau mesalamine.Bila penyakitnya menjadi
berat, penderita harus dirawat di rumah sakit dan diberikan kortikosteroid
intravena (melalui pembuluh darah). Penderita dengan perdarahan rektum yang
berat mungkin memerlukan transfusi darah dan cairan intravena.Untuk
mempertahankan fase penyembuhan, diberikan azathioprine dan
merkaptopurin.Siklosporin diberikan kepada penderita yang mendapat serangan
berat dan tidak memberikan respon terhadap kortikosteroid. Tetapi sekitar 50%
dari penderita ini, akhirnya memerlukan terapi pembedahan.
B.
KONSEP TERAPI DIET
1.
Pengertian
Diet adalah mengatur pola makan sehat
dengan jumlah kalori dan nutrisi yang benar dan tepat, dan bukan engurangi
jumlah makanan yang akan membuat tubuh kita menjadi lemas dan kehilangan mood
sehingga akan memproduksi hormone stress (kortisol) dan radikal bebas yang
lebih banyak. (Supariasa, 2002).
2. Tujuan
dan Prinsip-Prinsip Diet
Supariasa (2002),
Prinsip diet secara umum adalah sebagai berikut:
a. Mudan
dicerna dan sering diberikan dalam porsi kecil
b. Rendah
lemak, yaitu 10-15% dari kebutuhan energy total yang sesuai dengan kebutuhan
c. Cairan
cukup, terutama pada saat muntah dan diare
d. Menyesuaikan
asupan kalori
e. Pola
makan 3B
1) Berimbang
2) Beragam
3) bergizi
f. Rendah
serat
g. Air
diberikan secara bertahap sehingga sesuai kebutuhan
3.
Pedoman
Diet
Pedoman diet yang diterbitkan oleh kelompok lain,
seperti Nutrion Committee of American
Heart Association and the Comunitte af American on Diet, Nutrition, and Cancer
of the National Institution of Health (1991). Pedoman diet ini menggunakan
penelitian terbaru untuk merekomendasi diet yang berusaha untuk mengurangi resiko
perkembangan penyakit jantung atau kanker.
Pedoman
Diet 1990
|
Makan
makanan yang bervariasi
Pelihara
berat badan yang sehat
Pilih
diet rendah lemak, lemak jenuh, dan kolesterol
Pilih
diet dengan banyak sayur-sayuran, buah-buahan, produk padi-padian.
Gunakan
gula secara sedang.
Gunakan
garam dan sodium secara sedang.
Minum
minuman berakohol secara sedang.
|
4.
Prinsip-prinsip
diet
Salah satu penyakit penyakit paling umum yang
dijumpai pada pasien dengan penyakit saluran cerna (GI) adalah peptic ulcers (potter & perry,
2001). Tujuan pengaturan diet pada pasien ini adalah untuk memberikan makanan
dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta mencegah dan
menetralkan sekresi asam lambung yang
berlebihan (almatsier, 2006).
Beberapa
syarat diet pada penyakit lambung menurut almatsier (2006) antara lain:
a. Mudah
dicerna dan sering diberikan dalam porsi kecil.
b. Cukup
energi dan protein, sesuai kemampuan pasien menerimanya.
c. Rendah
lemak, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan secara
bertahap hingga sesuai kebutuhan.
d. Rendah
serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara bertahap hingga
sesuai kebutuhan.
e. Cairan
cukup, terutama bila ada muntah.
f. Tidak
mengandung bahan makanan atau bumbu yang berbau tajam, baik secara termis,
mekanis maupun kimia.
g. Rendah
laktosa bila ada gejala intoleransi laktosa; umumnya tidak dianjurkan minum
susu terlalu banyak.
Selain itu pasien juga dianjurkan untuk menghindari
makanan yang dapat meningkatkan kadar keasaman lambung seperti kafein, kopi,
asupan susu yang berlebihan, jus-jus yang mengandung citrit acid, dan beberapa penambah rasa makanan lainnya (cabe atau
bubuk cabe). Rokok dan alkohol juga harus dihindari (potter & perry, 2001).
2.
Jenis-jenis
diet
a. Diet dasar fasilitas
Makanan yang akan disajikan untuk pasien di layanan
perawatan kesehatan disisapkan oleh bagian gizi. Cara penyiapan dan konsintesi
makanan tersebut tergantung pada kondisi dan kebutuhan pasien masing-masing.
Terkadang diperlukan pengendalian diet yang ketat.
Nampan yang berisi makanan biasanya dikirim ke
tempat pasien dalam wadah makanan yang besar. Setiap nampan di beri label nama
pasien dan jenis dietnya. Perawat harus :
1) Menyiapkan
pasien untuk makan
2)
Mmemeriksa nampan untuk ketepatan
3)
Memeriksa kesesuaian label nama di nampan dengan gelang identi tas pasien
4)
Memberikan nampan kepada pasien.
5)
Menyuapi jika perlu.
b. Diet
reguler
Diet
reguler atau diet pilihan atau diet rumahan adalah diet normal atau diet
lengkap yang berdasakan empat kelompok makanan yang telah dibahas sebelumnya.
Diet reguler :
1)
Berisi bermacam-macam makanan.
2)
Pengecualian hanya pada makanan
yang tinggi kalori: roti, kue
basah, makanan yang digoreng, dan makanan yang berkadar garam tinggi yang akan sulit untuk dicerna oleh orang yang
tidak aktif.
3)
Memiliki jumlah kalori yang rendah
karena orang yang tidak aktif tidak
memerlukan kalori sebanyak orang yang aktif.
c. Diet
cair
Diet cair merupakan diet sementara karena diet ini
tidak adekuat. Diet ini terbuat dari air dan karbohidrat untuk energi. Makanan
ini di beri setiap 2, 3, atau 4 jam sesuai resep dokter. Diet cair ini
mengganti cairan tubuh yang hilang
melalui muntah atau diare. Cairanjernih ini terdiri dari cairan yang tidak bersifat
iritatif, menyebabkan pembentukan gas, atau mendorong gerakan peristaltik
(defekasi).
Makanan yang diperbolehkan dalam cairan jernih ini,
meliputi :
1. Teh, kopi dengan gula tapi tanpa krim
2. Buah-buahan yang disaring atau jus sayuran dengan
gelatin
3. Kaldu daging tanpa lemak
4. Air jahe
5. Gelatin
Makanan yang diberikan dalam diet cair ini, yaitu :
1. Sereal saring 4.
Sayuran saring
2. Soup saring 5.
Es krim
3. Agar-agar (gelatin) 6. yogurt
d. Diet lunak
Diet
lunak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh, biasanya diberikan di
sela
waktu makan untuk meningkatkan jumlah kalori. Makanan dalam diet lunak, yaitu :
a. Rendah sisa, yang hampir seluruhnya
digunakan dalam tubuh.
b. Berbumbu sedang, sedikit berbumbu
atau tidak berbumbu sama sekali.
c. Disiapkan dalam bentuk yang nyaman.
Diet ini termasuk makanan cair dan
setengah padat yang lembut dan mudah dicerna. Diet ini diberikan pada pasien
yang :
a. Menderita infeksi dan demam
b. Mengalami kesulitan mengunyah
c. Mempunyai kondisi yang berhubungan
dengan saluran pencernaan.
d. Sedang mengalami diet rutin pasca
bedah.
Makanan yang biasa diberikan dalam diet
lunak, yaitu :
a. Ikan e.
Teh, kopi
b. Jus buah f. Susu
c. Buah-buahan matang g. Agar-agar
d. Daging ayam h. Kue
Makanan yang harus dihindari, yaitu:
a. Gandum kasa
b. Jagung
c. Makanan yang digoreng
e. Diet
ringan
Diet ringan atau diet pemulihan adalah diet
pertengahan antara diet lunak dan diet reguler. Diet ini berbeda dengan diet
reguler hanya pada persiapan makanannya. Karena kemudahan makanan untuk dicerna
adalah hal yang terpenting, maka makanan tidak boleh digoreng. Makanan harus
di:
a. Bakar
b. Rebus
c. Panggang
Diet ringan ini diberikan untuk:
a. Pasien dalam kondisi pemulihan.
b. Pasien prabedah atau pascabedah.
c. pasien dengan penyakit minor.
Makanan yang diberikan dalam diet ringan, yaitu:
a. Daging panggang/bakar
b. Roti
c. Buah-buahan
Makanan yang harus dihindari, yaitu:
a. Makanan yang berlemak, seperti telur
b. Makanan yang digoreng.
c. Sayuran dan buah-buahan yang tinggi selulosa.
f. Diet teurapetik
Diet
standar dapat diubah untuk disesuaikan dengan kebutuhan diet khusus. Misalnya,
permintaan diet lunak rendah garam untuk pasien yang mempunyai gigi sedikit
atau yang berpenyakit jantung. Diet terapetik ini disiapkan untuk pasien sesuai
dengan masalah kesehatannya masing-masing. Umumnya diet teurapetik ini mencakup
diet diabetes, diet pantang garam, dan diet rendah lemak.
3.
Standar-standar diet
a.
Diet pembatasan natrium
Diet ini diberikan kepada pasien dengan penyakit
gagal ginjal kronis dan kardiovaskular. Diet ketat natrium, ringan, sedang dan
berat ini dapat diresepkan. Diet yang terakhir ini adalah salah satu diet yang
paling sulit diikuti oleh pasien. Makanan yang diproses juga merupakan faktor
penting bagi peningkatan jumlah natrium. Faktor inilah yang harus
dipertimbangkan dalam merencanakan dan memilih makanan untuk diet ketat
natrium. Untuk itu sangatlah penting bagi kita untuk membaca dengan cermat
daftar kandungan makanan yang tertera pada makanan siap saji.
Makanan yang dibatasi kadar natriumnya, yaitu:
a. Daging
b. Ikan
c. Telur
Makanan yang harus dihindari, yaitu:
a. Keripik kentang
b. Coklat
c. Makanan kaleng
b. Diet rendah lemak
Diet ini diberikan untuk pasien yang menderita
penyakit vaskuler, jantung, hati, atau penyakit kandung empedu, dan untuk
pasien yang mengalami kesulitan metabolisme lemak. Lemak dibatasi dan kalori
diseimbangkan dengan meningkatkan protein dan karbohidrat. Makanan dibakar atau
dipanggang dan pada ayam kulitnya harus dibuang.
Makanan yang termasuk dalam diet ini, yaitu:
a.Keju rendah lemak
b. Susu skim, yogurt
c. daging tanpa lemak, ikan dan ayam
d. selai, jeli dan es.
c. Diet tinggi kalori dan tinggi protein
Diet tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP)
bertujuan memberikan makanan secukupnya untuk memenuhi kebetuhan kalori dan
protein yang bertambah guna mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh
atau guna menambah berat badan hingga mencapai normal. Syarat diet ini adalah
tinggi kalori, tinggi protein, cukup mineral dan vitamin, serta mudah dicerna.
Diet ini diindikasikan untuk pasien gizi kurang
(defisiensi kalori, protein), anemia, hipertiroid. Juga diberikan kepada pasien
sebelum dan sesudah operasi tertentu, pasien trauma, luka bakar, atau mengalami
pendarahan yang banyak. Terdapat 2 macam diet TKTP, yaitu : TKTP I, dan TKTP
II. Diet TKTP I mengandung 2600 kalori dan 100 gram (2gr/kgBB) protein. Diet
TKTP II mengandung 3000 kalori dan 125 gram (2,5 gram/ kg BB) protein.
d.
Diet rendah kalori
Pemberian
diet rendah kalori bertujuan menurutkan BB hingga normal. Diet ini diindikasikan kegemukan dan pada
kebutuhan kalori menurun, seperti pada hipotiroid, istirahat di tempat tidur
untuk jangka waktu lama , serta usia lanjut.
Syarat
diet ini, kalori dikurangi 500 sampai 1000 kalori dibawah kebutuhan normal,
yang akan menyebabkan penurunan BB ½ - 1 kg/ minggu. Pengurangan kalori
dilakukan dengan penguran karbohidrat dan lemak. Jumlah protein normal atau
sedikit diatas kebutuhan normal, yaitu 1- 1½
gram/kgBB, cukup vitamin dan mineral serta tinggi serat untuk memberikan
rasa kenyang.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gizi adalah suatu
proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui
proses digesi, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat-zat
yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal dari organ-organ, serta menghasilkan energy. Gizi
merupakan zat – zat yang terkandung dalam makanan yang diperlukan untuk
kehidupan manusia terdiri dari 3 sumber/fungsi untuk sumber tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur. Nutrisi
adalah zat-zat gizi dan gizi lain yang
diperlukan oleh tubuh untuk menghasilkan energy dan digunakan dalam
aktivitas tubuh mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ.
Beberapa jenis-jenis nutrisi yang diperlukan oleh manusia, diantaranya :
karbohidrat, lemak (lipid), protein, vitamin, mineral, dan air.
B. SARAN
1.
Sebagai
mahasiswa keperawatan harus lebih memotivasi diri dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi personal.
2.
Dengan
pengetahuan mengenai konsep kebutuhan nutrisi ini diharapkannya dapat
diaplikasikan dalam kehidupan, baik di lingkungan rumag, sekolah, kampus dan
universitas.
3.
Pengetahuan
kebutuhan nutrisi ini dapat menjadi acuan dalam menegakkan manusia yang sehat,
sehingga tidak terjadi malnutrisi pada setiap individu.
DAFTAR
PUSTAKA
Corwin. Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku.
Jakarta : EGC
Gruendemann. Barbara J. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif.
Vol.2. Jakarta : EGC
Hegner, Barbara R. 2003. Asisten Keperawatan : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta
: EGC
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep,Proses Dan
Praktik. Ed 4. Jakarta :EGC
Sabiston. David C. 1995. Buku Ajar Bedah Bag.I. Jakarta : EGC
Smeltzer. Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Ed.8. Vol.2. Jakarta : EGC
Suparias, I. D .N., Bakri, B., & Fajar,
I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.


