Rabu, 05 Juni 2013

macam macam penyakit nutrisi

a.      Penyakit Ulkus peptikum
1)      Pengertian
Ulkus peptikum adalah ekskavasi (area berlubang) berbentuk dalam dinding mukosa lambung, pylorus, duodenum, atau esophagus. Ulkus peptikum sering di sebut sebagai ulkus lambung, duodenal atau esophageal, tergantung pada lokasinya. Penyebab ulkus peptikum salah satunya adalah bakteri gram negative H. Pilory.
2)      Etiologi
Penyebab sebenarnya penyakit ulkus peptikum tidak di ketahui sekalipun factor infeksi,genetic dan lingkungan sangat penting. Terdapat insidensi familial yang lebih tinggi dan pada orang-orang yang bergolongan darah O juga di temukan insedensi yang lebih tinggi.
Di samping obat-obat ulserogenik, alcohol dan rokok juga dapat turut menimbulkan pembentukan ulkus peptikum. Tidak ada bukti yang menyimpulkan adanya keterlibatan jenis-jenis makanan tertentu seperti minuman yang mengandung kafein atau makanan yang pedas dalam ulkus peptikum


3)      Patofisiologi
Patogenesis ulkus peptikum sangat besar kemungkinan di sebabkan oleh ketidakseimbangan antara faktor-faktor destruktif yang meningkatkan pembentukan ulkus peptikum dan factor-faktor protektif yang menjaga mukosa traktus GI terhadap pembentukan ulkus peptikum. Epitek Gastroduodenal akan mensekresikan lapisan mucus yang tidak larut dalam air dan berfungsi sebagai sawar pelindung terhadap ion-ion hydrogen yang di netralkan oleh senyawa bikarbonat di dalam mucus tersebut. Prostaglandin tampaknya memainkan peranan dalam fungsi pertahanan mukosa karena zat tersebut menstimulasi sekresi mucus maupun zat alkali. Bila terdapat abnormalitas pada sawar pelindung, mukosa traktus GI akan menjadi rentan terhadap kerusakan akibat zat asam dan pepsin. Faktor-faktor eksogen seperti aspirin dan NSAID ternyata menimbulkan ulkus lambung lewat penghambat sintesis prostaglandin.
b.      Gastritis Akut Erosif
1)      Pengertian
Yaitu suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Erosif karena luka hanya pada bagian mukosa.
2)      Etiologi :
a)      Obat analgetik anti inflamasi, terutama aspirin
b)      Bahan kimia, misalnya lisol
c)      Merokok
d)     Alkohol
e)      Stres fisik
f)       Refluks asam lambung
g)      Endotoksin


3)      Rounded Rectangle: - Analgetik anti inflamasi
- Bahan kimia
- Merokok
- Alkohol
- Endotoksin
- Refluks asam lambung
- Stress fisik
Patofisiologi :
 








Rounded Rectangle: Difusi balik ion H+                               
Rounded Rectangle: nyeri Rounded Rectangle: hematemesis Rounded Rectangle: Nausea dan vomitus
 











1.      Usus dan Rektal
a.      Konstipasi
Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem pencernaan di mana seorang manusia mengalami pengerasan feses atau tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi. Dan obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi penderitanya.

1)      Etiologi
Konstipasi atau sembelit adalah keluhan pada sistem pencernaan yang paling umum dan banyak ditemui di masyarakat luas termasuk di sekitar kita. Bahkan diperkirakan sekitar 80% manusia pernah mengalami konstipasi atau sembelit. Penyebabnya:
a)      Kebiasaan buang air besar (BAB) yang tidak teratur
Salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan konstipasi adalah kebiasaan BAB yang tidak teratur. Refleks defekasi yang normal dihambat atau diabaikan, refleks-refleks ini terkondisi untuk menjadi semakin melemah. Ketika kebiasaan diabaikan, keinginan untuk defekasi habis.
Anak pada masa bermain bisa mengabaikan refleks-refleks ini sedangkan pada orang dewasa mengabaikannya karena tekanan waktu dan pekerjaan. Klien yang dirawat inap bisa menekan keinginan buang air besar karena malu menggunakan pispot atau karena proses defekasi yang sangat tidak nyaman. Perubahan rutinitas dan diet juga dapat berperan dalam konstipasi. Jalan terbaik untuk menghindari konstipasi adalah membiasakan BAB yang teratur.
b)      Ketidaksesuaian diet
Makanan lunak dan rendah serat yang berkurang pada feses sehingga menghasilkan produk sisa yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada proses defekasi. Makan rendah serat seperti; beras, telur dan daging segar bergerak lebih lambat di saluran cerna. Meningkatnya asupan cairan dengan makanan seperti itu meningkatkan pergerakan makanan tersebut.
c)      Peningkatan stres psikologi
Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan konstipasi dengan menghambat gerak peristaltik usus melalui kerja dari epinefrin dan sistem syaraf simpatis. Stres juga dapat menyebabkan usus spastik (spastik/konstipasi hipertonik atau iritasi colon). Yang berhubungan dengan konstipasi tipe ini adalah kram pada abdominal, meningkatnya jumlah mukus dan periode bertukar-tukarnya antara diare dan konstipasi.
d)     Latihan yang tidak cukup
Pada klien yang pada waktu yang lama otot secara umum melemah, termasuk otot abdomen, diafragma, dasar pelvik, yang digunakan pada proses defekasi. Secara tidak langsung kurangnya latihan dihubungkan dengan kurangnya nafsu makan dan kemungkinan kurangnya jumlah serat, yang penting untuk merangsang refleks pada proses defekasi.
e)      Penggunaan laxative yang berlebihan
Laxative sering digunakan untuk menghilangkan ketidakteraturan buang air besar. Penggunaan laxative yang berlebihan mempunyai efek yang sama dengan mengabaikan keinginan BAB – refleks pada proses defekasi yang alami dihambat. Kebiasaan pengguna laxative bahkan memerlukan dosis yang lebih besar dan kuat, sejak mereka mengalami efek yang semakin berkurang dengan penggunaan yang terus-menerus (toleransi obat).
f)       Obat-obatan
Banyak obat menyebabkan efek samping konstipasi. Beberapa di antaranya seperti; morfiin, codein, sama halnya dengan obat-obatan adrenergik dan antikolinergik, melambatkan pergerakan dari colon melalui kerja mereka pada sistem syaraf pusat. Kemudian, menyebabkan konstipasi yang lainnya seperti: zat besi, mempunyai efek menciutkan dan kerja yang lebih secara lokal pada mukosa usus untuk menyebabkan konstipasi. Zat besi juga mempunyai efek mengiritasi dan dapat menyebabkan diare pada sebagian orang.
g)      Umur
Otot semakin melemah dan melemahnya tonus spinkter yang terjadi pada orang tua turut berperan menyebabkan konstipasi.
h)      Proses penyakit
Beberapa penyakit pada usus dapat menyebabkan konstipasi, beberapa di antaranya obstruksi usus, nyeri ketika defekasi berhubungan dengan hemorhoid, yang membuat orang menghindari defekasi; paralisis, yang menghambat kemampuan klien untuk buang air besar; terjadinya peradangan pelvik yang menghasilkan paralisis atau atoni pada usus.
            Konstipasi bisa jadi beresiko pada klien, regangan ketika BAB dapat menyebabkan stres pada abdomen atau luka pada perineum (post operasi). Ruptur merusak mereka jika tekanan cukup besar. Ditambah lagi peregangan sering bersamaan dengan tertahannya napas. Gerakan ini dapat menciptakan masalah yagn serius pada orang dengan sakit jantung, trauma otak, atau penyakit pada pernapasan. Tertahannya napas meningkatkan tekanan intratorakal dan intrakranial. Pada beberapa tingkatan, tingkatan ini dapat dikurangi jika seseorang mengeluarkan napas melalui mulut ketika regangan terjadi. Bagaimanapun, menghindari regangan merupakan pencegahan yang terbaik
2)      Tanda dan Gejala
Gejala dan tanda akan berbeda antara seseorang dengan seseorang yang lain, karena pola makan, hormon,gaya hidup dan bentuk usus besar setiap orang berbeda-beda, tetapi biasanya gejala dan tanda yang umum ditemukan pada sebagian besar atau kadang-kadang beberapa penderitanya adalah sebagai berikut:
a)      Perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku.
b)      Tubuh tidak fit, tidak nyaman, lesu, cepat lelah, dan terasa berat sehingga malas mengerjakan sesuatu bahkan kadang-kadang sering mengantuk.
c)      Sering berdebar-debar sehingga cepat emosi yang mengakibatkan stres sehingga rentan sakit kepala atau bahkan demam.
d)     Aktivitas sehari-hari terganggu karena menjadi kurang percaya diri, tidak bersemangat, dan tubuh terasa terbebani yang mengakibatkan kualitas dan produktivitas kerja menurun.
e)      Tinja atau feses lebih keras, lebih panas, dan berwarna lebih gelap daripada biasanya, dan lebih sedikit daripada biasanya.
f)       Pada saat buang air besar feses atau tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, tubuh berkeringat dingin, dan kadang-kadang harus mengejan ataupun menekan-nekan perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan dan membuang tinja (bahkan sampai mengalami ambeien).
g)      Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.
h)      Bagian anus atau dubur terasa penuh, tidak plong, dan terganjal sesuatu disertai sakit akibat bergesekan dengan tinja atau feses yang kering dan keras atau karena mengalami ambeien atau wasir sehingga pada saat duduk terasa tidak nyaman.
i)        Lebih sering buang angin yang berbau lebih busuk daripada biasanya
j)        Menurunnya frekwensi buang air besar, dan meningkatnya waktu buang air besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari sekali atau lebih).
Sedangkan untuk konstipasi yang kronis atau obstipasi, gejala pada penderitanya tidak terlalu berbeda hanya saja sedikit lebih parah yaitu:
a)      Perut terlihat seperti sedang hamil dan terasa sangat mulas.
b)      Tinja sangat keras dan berbentuk bulat-bulat kecil.
c)      Frekwensi buang air besar dapat mencapai berminggu-minggu.
d)     Tubuh sering terasa panas, lemas dan berat.
e)      Sering kurang percaya diri dan kadang-kadang ingin menyendiri.
f)       Tetap merasa lapar tapi ketika makan akan lebih cepat kenyang (apalagi ketika hamil perut akan terasa mulas) karena ruang dalam perut berkurang.
g)      Mengalami mual bahkan muntah.
3)      Pencegahan
a)      Makanlah makanan berserat tinggi seperti buah, sayuran, dan biji-bijian.
b)      Hindari makanan yang tinggi lemak dan gula.
c)      Minum 1,5 sampai 2 liter air dan cairan lainnya setiap hari.
d)     Olahraga. Jalan kaki bisa dilakukan.

4)      Pengobatan
Setiap tahunnya kira-kira lebih dari 2,5 juta orang pergi ke dokter karena masalah konstipasi. Pengobatan dan peredaan konstipasi secara alami dapat dilakukan dengan pengubahan pola makan menjadi lebih sehat, rajin berolahraga, memijat perut, minum air putih sebanyaknya, meminum minuman prebiotik dan probiotik, atau membiasakan diri untuk buang air besar setiap hari dengan membuat jadwal buang air besar yang disebut bowel training.
Sedangkan dengan cara sedikit dipaksa yang biasanya untuk penderita obstipasi, yaitu dengan mengonsumsi obat pencahar disebut laksatif (yang kadang-kadang menyebabkan perut terasa melilit berlebihan, tinja berbentuk cair, atau bahkan ketergantungan obat pencahar), penghisapan tinja atau feses dengan alat khusus, terapi serat, dan pembedahan (walaupun pilihan ini cukup jarang dilakukan).
Agar penderita konstipasi dapat cepat sembuh, maka penderita dilarang:
a)      Menahan buang air besar
b)      Mengkonsumsi makanan siap saji dan bersifat panas
c)      Makan dalam porsi yang banyak
d)     Meminum minuman yang berkafein dan soft drink

a.      Apendisitis Akut
1)      Pengertian
Apendisitis adalah inflamasi yang terjadi pada apendiks vermikularis (umbai cacing).

2)      Etiologi
Apendisitis terjadi karena obstruksi lumen apendiks oleh material feses yang mengeras, benda asing, mikroorganisme atau parasit. Terkadang lipatan peritonium menyebabkan pelekatan apendiks pada sekum sehinggan timbul penekukan yang mengakibatkan obstruksi. Penyebab lain meliputi hiperplasia limfoid, stenosis fibrosa akibat inflamasi sebelumnya, dan tumor. Kebiasaan makan juga berperan penting. Anak-anak dengan diet serat tinggi memiliki angka insiden apendisitis yang lebih rendah daripada anak-anak dengan asupan serat yang rendah (Lund dan Folkman, 1996).

3)      Patofisiologi :
Ketika terjadi obstruksi akut, aliran keluar sekresi mukus (lendir) akan tersekat dan di dalam lumen apendiks terjadi peningkatan tekanan yang mengakibatkan kompresi pembuluh darah. Iskemia yang terjadi akan diikuti dengan ulserasi dinding epitel dan invas bakteri. Nekrosis yang timbul kemudian menyebabkan perforasi atau ruptur dengan kontaminasi feses atau bakteri pada kavum peritonei. Inflamasi yang ditimbulkan akan menyebar dengan cepat ke seluruh rongga abdomen (peritonitis). Inflamasi peritonium yang progresif mengakibatkan obstruksi fungsional usus halus karena refleks GI yang intensif akan menghambat motilitas usus dengan kuat. Karena peritonium merepresentasikan bagian terbesar permukaan tubuh, keilangan cairan ekstrasel ke dalam kavum peritonei akan menimbulkan gangguan keseimbangan elektrolit dan syok hipovolemik.

b.      Penyakit Chorn (Radang Usus Besar)
1)      Pengertian
Colitis ulseratif adalah penyakit yang menyebabkan peradangan dan luka, yang disebut borok, di lapisan rektum dan usus besar. Borok terbentuk peradangan telah membunuh sel-sel yang biasanya garis usus besar, kemudian perdarahan dan menghasilkan nanah.
2)      Etiologi
Etiologi colitis ulseratif tidak diketahui secara pasti. Faktor genetik tampaknya berperan dalam etiologi, karena terdapat hubungan familial. Juga terdapat bukti yang menduga bahwa autoimunnita berperan dalam patogenisis colitis ulseratif. Antibodi antikolon telah ditemukan dalam serum penderita penyakit ini. Dalam biakan jaringan limfosit dari penderita kolitis ulserativa merusak sel epitel pada kolon. Selain itu ada juga beberapa fakor yang dicurigai menjadi penyebab terjadinya colitis ulseratif diantaranya adalah: hipersensitifitas terhadap factor lingkungan dan makanan, interaksi imun tubuh dan bakteri yang tidak berhasil (awal dari terbentuknya ulkus), pernah mengalami perbaikan pembuluh darah, dan stress.
3)      Patofisiologi
Lesi patologis awal adalah terbatas pada lapisan mokusa dan terdiri atas pembentukan abses dalam kriptus. Pada permulaan penyakit, terjadi udema dan kongesti mukosa. Udema dapat mengakibatkan kerapuhan yang hebat sehingga terjadi perdarahan dari trauma yang ringan, seperti gesekan ringan pada permukaan. Pada stadium penyakit yang lebih lanjut, abses kriptus pecah melewati didinding kriptus dan menyebar dalam lapisan mukosa, menimbulkan terowongan dalam mukosa. Mukosa kemudian terkelopas dalam lumen usus, meninggalkan daerah yang tidak diliputi mukosa (tukak). Pertukakan mula-mula tersebar dan dangkal, tetapi pada stadium lebih lanjut permukaan mukosa yang hilang luas sekali mengakibatkan banyak kehilangan jaringan, protein dan darah. Pada kondisi yang fisiologis system imun pada kolon melindungi mukosa kolon dari gesekan dengan feses saat akan defekasi, tetapi karena aktifitas imun yang berlebihan pada colitis maka system imunnya malah menyerang sel-sel dikolon sehingga menyebabkan terjadi ulkus.
Ulkus terjadi di sepanjang permukaan dalam (mukosa) kolon atau rectum yang menyebabkan darah keluar bersama feses. Darah yang keluar biasanya bewarna merah, karena darah ini tidak masuk dalam proses pencernaan tetapi darah yang berasal dari pembuluh darah didaerah kolon yang rusak akibat ulkus. Selain itu ulkus yang lama ini kemudian akan menyebabkan peradangan menahun sehingga terbentuk pula nanah (pus). Ulkus dapat terjadi pada semua bagian kolon baik, pada sekum, kolon ascenden, kolon transversum maupun kolon sigmoid. Akibat ulkus yang menahun maka terjadilah perubahan bentuk pada kolon baik secara mikroskopik ataupun makroskopik, gejala yang sering timbul pada penyakit colitis ulseratif ini adalah: nyeri perut, diare berdarah, berlendir dan bernanah, anemia, turunnya berat badan.

4)      Penatalaksanaan
Obat-obatan seperti dosis kecil loperamide atau difenoksilat, diberikan pada diare yang relatif ringan. Untuk diare yang lebih berat, mungkin dibutuhkan dosis yang lebih besar dari difenoksilat atau opium yang dilarutkan dalam alkohol, loperamide atau codein. Pada kasus-kasus yang berat, pemberian obat-obat anti-diare ini harus diawasi secara ketat, untuk menghindari terjadinya megakolon toksik. Sulfasalazine, olsalazine atau mesalamine sering digunakan untuk mengurangi peradangan pada kolitis ulserativa dan untuk mencegah timbulnya gejala Obat-obatan ini biasanya diminum namun bisa juga diberikan sebagai enema (cairan yang disuntikkan ke dalam usus) atau supositoria (obat yang dimasukkan melalui dubur).
Penderita dengan kolitis berat menengah yang tidak menjalani perawatan rumah sakit, biasanya mendapatkan kortikosteroid per-oral (melalui mulut), seperti prednisone. Prednisone dosis tinggi sering memicu proses penyembuhan. Setelah prednisone mengendalikan peradangannya, sering diberikan sulfasalazine, olsalazine atau mesalamine.Secara bertahap dosis prednisone diturunkan dan akhirnya dihentikan.
Pemberian kortikosteroid jangka panjang menimbulkan efek samping, meskipun kebanyakan akan menghilang jika pengobatan dihentikan. Bila kolitis ulseratif yang ringan atau sedang terbatas pada sisi kiri usus besar (kolon desendens) dan di rektum, bisa diberikan enema dengan kortikosteroid atau mesalamine.Bila penyakitnya menjadi berat, penderita harus dirawat di rumah sakit dan diberikan kortikosteroid intravena (melalui pembuluh darah). Penderita dengan perdarahan rektum yang berat mungkin memerlukan transfusi darah dan cairan intravena.Untuk mempertahankan fase penyembuhan, diberikan azathioprine dan merkaptopurin.Siklosporin diberikan kepada penderita yang mendapat serangan berat dan tidak memberikan respon terhadap kortikosteroid. Tetapi sekitar 50% dari penderita ini, akhirnya memerlukan terapi pembedahan.
B.       KONSEP TERAPI DIET
1.       Pengertian
Diet adalah mengatur pola makan sehat dengan jumlah kalori dan nutrisi yang benar dan tepat, dan bukan engurangi jumlah makanan yang akan membuat tubuh kita menjadi lemas dan kehilangan mood sehingga akan memproduksi hormone stress (kortisol) dan radikal bebas yang lebih banyak. (Supariasa, 2002).
2.       Tujuan dan Prinsip-Prinsip Diet
Supariasa (2002), Prinsip diet secara umum adalah sebagai berikut:
a.       Mudan dicerna dan sering diberikan dalam porsi kecil
b.      Rendah lemak, yaitu 10-15% dari kebutuhan energy total yang sesuai dengan kebutuhan
c.       Cairan cukup, terutama pada saat muntah dan diare
d.      Menyesuaikan asupan kalori
e.       Pola makan 3B
1)      Berimbang
2)      Beragam
3)      bergizi
f.       Rendah serat
g.      Air diberikan secara bertahap sehingga sesuai kebutuhan

3.        Pedoman Diet
Pedoman diet yang diterbitkan oleh kelompok lain, seperti Nutrion Committee of American Heart Association and the Comunitte af American on Diet, Nutrition, and Cancer of the National Institution of Health (1991). Pedoman diet ini menggunakan penelitian terbaru untuk merekomendasi diet yang berusaha untuk mengurangi resiko perkembangan penyakit jantung atau kanker.

Pedoman Diet 1990
Makan makanan yang bervariasi
Pelihara berat badan yang sehat
Pilih diet rendah lemak, lemak jenuh, dan kolesterol
Pilih diet dengan banyak sayur-sayuran, buah-buahan, produk padi-padian.
Gunakan gula secara sedang.
Gunakan garam dan sodium secara sedang.
Minum minuman berakohol secara sedang.

4.      Prinsip-prinsip diet
Salah satu penyakit penyakit paling umum yang dijumpai pada pasien dengan penyakit saluran cerna (GI) adalah peptic ulcers (potter & perry, 2001). Tujuan pengaturan diet pada pasien ini adalah untuk memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan  sekresi asam lambung yang berlebihan (almatsier, 2006).

Beberapa syarat diet pada penyakit lambung menurut almatsier (2006) antara lain:
a.       Mudah dicerna dan sering diberikan dalam porsi kecil.
b.      Cukup energi dan protein, sesuai kemampuan pasien menerimanya.
c.       Rendah lemak, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai kebutuhan.
d.      Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai kebutuhan.
e.       Cairan cukup, terutama bila ada muntah.
f.       Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang berbau tajam, baik secara termis, mekanis maupun kimia.
g.      Rendah laktosa bila ada gejala intoleransi laktosa; umumnya tidak dianjurkan minum susu terlalu banyak.
Selain itu pasien juga dianjurkan untuk menghindari makanan yang dapat meningkatkan kadar keasaman lambung seperti kafein, kopi, asupan susu yang berlebihan, jus-jus yang mengandung citrit acid, dan beberapa penambah rasa makanan lainnya (cabe atau bubuk cabe). Rokok dan alkohol juga harus dihindari (potter & perry, 2001).
2.      Jenis-jenis diet
a.        Diet dasar fasilitas
Makanan yang akan disajikan untuk pasien di layanan perawatan kesehatan disisapkan oleh bagian gizi. Cara penyiapan dan konsintesi makanan tersebut tergantung pada kondisi dan kebutuhan pasien masing-masing. Terkadang diperlukan pengendalian diet yang ketat.
Nampan yang berisi makanan biasanya dikirim ke tempat pasien dalam wadah makanan yang besar. Setiap nampan di beri label nama pasien dan jenis dietnya. Perawat harus :
1) Menyiapkan pasien untuk makan
2) Mmemeriksa nampan untuk ketepatan
3) Memeriksa kesesuaian label nama di nampan dengan gelang identi        tas pasien
4) Memberikan nampan kepada pasien.
5) Menyuapi jika perlu.
b.      Diet reguler
            Diet reguler atau diet pilihan atau diet rumahan adalah diet normal atau diet lengkap yang berdasakan empat kelompok makanan yang telah dibahas sebelumnya. Diet reguler :
1)     Berisi bermacam-macam makanan.
2)     Pengecualian hanya pada  makanan  yang  tinggi kalori: roti, kue basah, makanan yang digoreng, dan makanan yang berkadar garam tinggi yang  akan sulit untuk dicerna oleh orang yang tidak aktif.
3)     Memiliki jumlah kalori yang rendah karena orang yang tidak aktif tidak  memerlukan kalori sebanyak orang yang aktif.
c.       Diet cair
Diet cair merupakan diet sementara karena diet ini tidak adekuat. Diet ini terbuat dari air dan karbohidrat untuk energi. Makanan ini di beri setiap 2, 3, atau 4 jam sesuai resep dokter. Diet cair ini mengganti cairan tubuh  yang hilang melalui muntah atau diare. Cairanjernih ini terdiri dari cairan yang tidak bersifat iritatif, menyebabkan pembentukan gas, atau mendorong gerakan peristaltik (defekasi).
Makanan yang diperbolehkan dalam cairan jernih ini, meliputi :
1. Teh, kopi dengan gula tapi tanpa krim
2. Buah-buahan yang disaring atau jus sayuran dengan gelatin
3. Kaldu daging tanpa lemak
4. Air jahe
5. Gelatin
Makanan yang diberikan dalam diet cair ini, yaitu :
1. Sereal saring                        4. Sayuran saring
2. Soup saring                         5. Es krim
3. Agar-agar (gelatin)              6. yogurt
d.   Diet lunak
Diet lunak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh, biasanya diberikan di
sela waktu makan untuk meningkatkan jumlah kalori. Makanan dalam diet lunak, yaitu :
          a. Rendah sisa, yang hampir seluruhnya digunakan dalam tubuh.
          b. Berbumbu sedang, sedikit berbumbu atau tidak berbumbu sama sekali.
          c. Disiapkan dalam bentuk yang nyaman.
Diet ini termasuk makanan cair dan setengah padat yang lembut dan mudah dicerna. Diet ini diberikan pada pasien yang :
a. Menderita infeksi dan demam
b. Mengalami kesulitan mengunyah
c. Mempunyai kondisi yang berhubungan dengan saluran pencernaan.
d. Sedang mengalami diet rutin pasca bedah.
Makanan yang biasa diberikan dalam diet lunak, yaitu :
a. Ikan                                     e. Teh, kopi
b. Jus buah                              f. Susu
c. Buah-buahan matang          g. Agar-agar
d. Daging ayam                       h. Kue
Makanan yang harus dihindari, yaitu:
a. Gandum kasa
b. Jagung
c. Makanan yang digoreng
e.   Diet ringan
Diet ringan atau diet pemulihan adalah diet pertengahan antara diet lunak dan diet reguler. Diet ini berbeda dengan diet reguler hanya pada persiapan makanannya. Karena kemudahan makanan untuk dicerna adalah hal yang terpenting, maka makanan tidak boleh digoreng. Makanan harus di:
a. Bakar
b. Rebus
c. Panggang
Diet ringan ini diberikan untuk:
a. Pasien dalam kondisi pemulihan.
b. Pasien prabedah atau pascabedah.
c. pasien dengan penyakit minor.
Makanan yang diberikan dalam diet ringan, yaitu:
a. Daging panggang/bakar
b. Roti
c. Buah-buahan
Makanan yang harus dihindari, yaitu:
a. Makanan yang berlemak, seperti telur
b. Makanan yang digoreng.
c. Sayuran dan buah-buahan yang tinggi selulosa.                
f.   Diet teurapetik
            Diet standar dapat diubah untuk disesuaikan dengan kebutuhan diet khusus. Misalnya, permintaan diet lunak rendah garam untuk pasien yang mempunyai gigi sedikit atau yang berpenyakit jantung. Diet terapetik ini disiapkan untuk pasien sesuai dengan masalah kesehatannya masing-masing. Umumnya diet teurapetik ini mencakup diet diabetes, diet pantang garam, dan diet rendah lemak.
3.       Standar-standar diet
a.       Diet pembatasan natrium
Diet ini diberikan kepada pasien dengan penyakit gagal ginjal kronis dan kardiovaskular. Diet ketat natrium, ringan, sedang dan berat ini dapat diresepkan. Diet yang terakhir ini adalah salah satu diet yang paling sulit diikuti oleh pasien. Makanan yang diproses juga merupakan faktor penting bagi peningkatan jumlah natrium. Faktor inilah yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan dan memilih makanan untuk diet ketat natrium. Untuk itu sangatlah penting bagi kita untuk membaca dengan cermat daftar kandungan makanan yang tertera pada makanan siap saji.
Makanan yang dibatasi kadar natriumnya, yaitu:
a. Daging
b. Ikan
c. Telur
Makanan yang harus dihindari, yaitu:
a. Keripik kentang
b. Coklat
c. Makanan kaleng
      b. Diet rendah lemak
Diet ini diberikan untuk pasien yang menderita penyakit vaskuler, jantung, hati, atau penyakit kandung empedu, dan untuk pasien yang mengalami kesulitan metabolisme lemak. Lemak dibatasi dan kalori diseimbangkan dengan meningkatkan protein dan karbohidrat. Makanan dibakar atau dipanggang dan pada ayam kulitnya harus dibuang.
Makanan yang termasuk dalam diet ini, yaitu:
a.Keju rendah lemak
b. Susu skim, yogurt
c. daging tanpa lemak, ikan dan ayam
d. selai, jeli dan es.
c.   Diet tinggi kalori dan tinggi protein
Diet tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP) bertujuan memberikan makanan secukupnya untuk memenuhi kebetuhan kalori dan protein yang bertambah guna mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh atau guna menambah berat badan hingga mencapai normal. Syarat diet ini adalah tinggi kalori, tinggi protein, cukup mineral dan vitamin, serta mudah dicerna.
Diet ini diindikasikan untuk pasien gizi kurang (defisiensi kalori, protein), anemia, hipertiroid. Juga diberikan kepada pasien sebelum dan sesudah operasi tertentu, pasien trauma, luka bakar, atau mengalami pendarahan yang banyak. Terdapat 2 macam diet TKTP, yaitu : TKTP I, dan TKTP II. Diet TKTP I mengandung 2600 kalori dan 100 gram (2gr/kgBB) protein. Diet TKTP II mengandung 3000 kalori dan 125 gram (2,5 gram/ kg BB) protein.
d. Diet rendah kalori
                        Pemberian diet rendah kalori bertujuan menurutkan BB hingga normal. Diet  ini diindikasikan kegemukan dan pada kebutuhan kalori menurun, seperti pada hipotiroid, istirahat di tempat tidur untuk jangka waktu lama , serta usia lanjut.
                        Syarat diet ini, kalori dikurangi 500 sampai 1000 kalori dibawah kebutuhan normal, yang akan menyebabkan penurunan BB ½ - 1 kg/ minggu. Pengurangan kalori dilakukan dengan penguran karbohidrat dan lemak. Jumlah protein normal atau sedikit diatas kebutuhan normal, yaitu 1- 1½  gram/kgBB, cukup vitamin dan mineral serta tinggi serat untuk memberikan rasa kenyang.




BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesi, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energy. Gizi merupakan zat – zat yang terkandung dalam makanan yang diperlukan untuk kehidupan manusia terdiri dari 3 sumber/fungsi untuk sumber tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Nutrisi adalah zat-zat gizi dan gizi lain yang  diperlukan oleh tubuh untuk menghasilkan energy dan digunakan dalam aktivitas tubuh mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ. Beberapa jenis-jenis nutrisi yang diperlukan oleh manusia, diantaranya : karbohidrat, lemak (lipid), protein, vitamin, mineral, dan air.

B.       SARAN
1.     Sebagai mahasiswa keperawatan harus lebih memotivasi diri dalam memenuhi kebutuhan nutrisi personal.
2.     Dengan pengetahuan mengenai konsep kebutuhan nutrisi ini diharapkannya dapat diaplikasikan dalam kehidupan, baik di lingkungan rumag, sekolah, kampus dan universitas.
3.     Pengetahuan kebutuhan nutrisi ini dapat menjadi acuan dalam menegakkan manusia yang sehat, sehingga tidak terjadi malnutrisi pada setiap individu.


DAFTAR PUSTAKA

Corwin. Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku.  Jakarta : EGC
Gruendemann. Barbara J. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif. Vol.2. Jakarta : EGC
Hegner, Barbara R. 2003. Asisten Keperawatan : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : EGC
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep,Proses Dan Praktik. Ed 4. Jakarta :EGC
Sabiston. David C. 1995. Buku Ajar Bedah Bag.I. Jakarta : EGC
Smeltzer. Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed.8. Vol.2. Jakarta : EGC
Suparias, I. D .N., Bakri, B., & Fajar, I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.